Senin, 26 September 2011

Titik Temu Manajemen dan Pembangunan


Manajemen dapat diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola. Oleh akrena itu, manajemen senantiasa berkaitan dengan dumber daya. Namun dalam tulisan ini akan memfokuskan pada sumber daya manusia yang merupakan tink tank dalam pembangunan. Literatur-literatur manajemen menjelaskan bahwa manajemen merupakan suatu disiplin ilmu yang tidak dapat diabaikan karena dimana ada ketidakaturan atau bahkan suatu situasi harmonis maka disitulah manajemen diperlukan.
Lebih lanjut, ditujukan untuk memperjelas maka penulis akan mengkaitkan dengan pembangunan, sehingga diharapkan akan mendapat titik temu antara ekonomi makro dan mikro. Selanjutnya, bahwa manajemen merupakan suatu pendekatan mikro, yaitu  mengkaji unit-unit pelaku ekonomi, sedangkan ekonomi makro (pembangunan) mengkaji keseluruhan sehingga jika diibaratkan maka makro ekonomi mengkaji hutannya secara keseluruhan sedangkan mikro (manajemen) mengkaji pohon yang ada dalam hutan.
Secara hakiki, kedua kajian tersebut tidak terpisahkan melainkan saling melengkapi. Alasannya adalah kedua bagian dari ekonomi tersebut merupakan penopang beridirinya disiplin ilmu ekonomi. Lebih lanjut, jika dicermati secara mendalam akan diketahui bahwa perkembangan ilmu ekonomi ataupun studi pembangunan merupakan hasil dari perbaikan atas berbagai kelemahan-kelemahan yang ada pada teori-teori ilmu ekonomi sebelumnya.
Didasarkan pada kajian sebelumnya, tampak bahwa pembangunan yang merupakan suatu kajian multidimensi tidak pernah melepaskan kajian manajemen karena apapun rencana dan operasionalisasi suatu pembangunan pasti membutuhkan sentuhan manajemen untuk mengelola berbagai sumber daya. Terkait pengelolaan keuangan daerah maka manajemen juga akan memainkan peran sentral dalam prinsip pembiayaan. Tepatnya, berkaitan dengan bagaimana mendapatkan dana dan bagaimana mengalokasikan dana.
Spesifiknya yaitu persoalan darimana sumber dana diperoleh untuk membiayai pembangunan, biasanya berasal dari dana alokasi umum dari pemerintah (DAU), pajak & retribusi, dan berbagai hibah. Persoalan bagaimana mengalokasikannya, biasanya dalam manajemen keuangan daerah dan akuntansi publik telah terdapat pos-pos tertentu yang sudah disiapkan, diataranya adalah pos pengeluaran rutin, pos pengeluaran cadangan, dan pso-pos lainnya.
Lebih lanjut, terkait titik temu dengan antara manajemen dan pembangunan telah diketahui deskripsi umum bahwa manajemen memainkan peran yang tidak dapat diabaikan. Akan tetapi pada kenyataannya dalam proses alokasi keuangan untuk pembangunan tidak sejalan seperti yang diharapkan karena terdapat berbagai persoalan moral hazard dari pelaku-pelaku pembangunan, dimana dalam tulisan ini lebih menitik beratkan pada persoalan korupsi.
Terkait persoalan korupsi maka dalam kajian manajemen telah ada fungsi untuk mereduksinya, tepatnya yaitu kepemimpinan dan fungsi pengawasan. Logikanya adalah seorang pemimpin selayaknya mampu menjadi motivator dan pengendali yang bijak nan adil bagi bawahannya sehingga jika terjadi penyimpangan (korupsi) maka pemimpin harus mampu memainkan fungsinya dengan baik. lebih spesifiknya yaitu mampu mengambil tindakan yang tegas, berani, dan menjujung tinggi nilai keadilan.
Dalam upaya memainkan fungsinya tersebut maka kajian manajemen telah memberi kontribusi pada pembangunan, sehingga membantu melancarkan proses pembangunan. Dengan kata lain, fungsi-fungsi manajemen merupakan pelengkap bagi pembangunan, sehingga berbagai persoalan pembangunan mampu di reduksi atau bakan di eliminasi sedemikian rupa. Selain itu juga, dalam fungsi-fungsi manajemen telah secara jelas dan tegas bahwa fungsi terakhir yaitu pengawasan, tidak hanya dijalankan oleh pemimpin saja melainkan menjadi tugas dari masyarakat sekitar secara mikro dan masayarakat Indonesia secara makro untuk bersama-sama, bahu membahu menjalankannya dengan baik dan bijak.
Terkait fungsi pengedalian oleh masyarakat maka dibutuhkan kesadaran diri dan keberanian untuk melakukan pengawasan yang terpadu. Hal ini didasari alasan bahwa pemimpin memainkan fungsi mengarahkan kepada visi, dan masyarakat merupakan anak panah yang siap diluncurkan sehingga peran serta masyarakat menjadi kunci pokok dalam pembangunan mewujudkan visi. Tambahan, masyarakat juga dituntut untuk mampu melakukan telaah yang kritis atas proses pembangunan, sehingga yang salah harus dirubah dan yang benar harus ditingkatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar