Jumat, 16 September 2011

Positif & Negatif Inflasi

Banknotes of the Indonesian rupiahImage via Wikipedia
Sejak munculnya uang sebagai alat tukar resmi maka keberadaan uang memiliki peran krusial dalam setiap kehidupan manusia. Hal ini dapat terbuktikan dari bagaimana setiap manusia memerlukan uang sebagai alat tukar untuk mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kehidupannya, sebagai contohnya adalah bagaimana kita memerlukan uang untuk pembiayaan kesehatan, asuransi, pendidikan, hiburan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dan contoh-contohnya lainnya yang dapat kita temukan dalam perilaku sehari-hari. Terlepas dari kebutuhan akan uang maka dilain pihak terdapat aspek lain dari uang  itu sendiri yaitu inflasi.
Inflasi yang didefinisikan sebagai naiknya harga barang secara keseluruhan dan biasanya diukur dengan index harga konsumen. Dari definisi tersebut tercermin bahwa konsep inflasi hanya terjadi hanya apabila terjadi kenaikkan barang secara keseluruhan dan bukan hanya beberapa barang saja sehingga apabila terjadi inflasi maka nilai daya beli dari uang yang dimiliki akan terkuras atau berkurang karena naiknya harga barang. Didasari pemahaman sebelumnya terkristalkan bahwa inflasi memiliki aspek negative sehingga inflasi perlu dijaga pada tingkatan tertentu (2%-3%), namun sebenarnya inflasi juga memiliki kemanfaatan (oportunity) dilihat dari perspektif keuangan internasional karena berhubungan atau berkaitan dengan surplus atau negative dari neraca perdagangan sehingga tulisan ini dimaksud untuk mengeksplorasi maksud tersebut yaitu positif dan negative inflasi terhadap neraca perdagangan.
Salah satu pos dari neraca pembayaran adalah pos neraca perdagangan yang berisikan dua subpost yaitu ekspor dan impor. Lebih lanjut bahwa elemen ekspor dan impor merupakan elemen yang krusial bagi perhitungan GDP (gros national product). Terjadinya inflasi secara garis besar dapat disebabkan dari kelebihan permintaan dibandingkan penawaran atau disebabkan oleh karena adanya dorongan kenaikkan biaya. Namun terlepas dari penyebab inflasi tersebut maka secara implicit termuat makna bahwa inflasi merupakan tantangan sekaligus peluang, yang mana dimaksud dengan tantangan karena dibutuhkan bantuan pemerintah dengan memainkan dua alat yaitu kebijakan moneter yaitu dengan menaikkan tingat bunga sehingga menarik jumlah uang beredar ditangan masyarakat sehingga akan terjadi penyesuaian harga (invisible hand) dan kebijakan fiscal yaitu dengan menaikkan pajak sehingga mengurangi pendapatan dan laba dan terjadi the invisible hand, sedangkan dikatakan peluang karena berkaitan dengan nilai tukar sehingga menguntungkan ekspor.
Seperti yang dikatakan pada bagian awal bahwa inflasi memiliki aspek negative karena akan menguras daya beli uang yang dimiliki sehingga banyak memungkinkan masyarakat menyimpan uangnya pada lembaga keuangan karena pemerintah akan meresponnya dengan menaikkan tingkat suku bunga dan menguntungkan nasabah yang manabung pada lembaga keuangan. Aspek lainnya dari inflasi yaitu akan mengakibatkan fluktuasi pada nilai tukar dan harga saham secara keseluruhan atau dengan kata lain yaitu inflasi akan menyebabkan biaya perusahaan meningkat (biaya material langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead) sehingga akan mempengaruhi laba operasi perusahaan dan apabila perusahaan memiliki leverage yang tinggi maka akan menguras laba bersih setelah pajak. Dengan meningkatnya biaya-biaya tersebut maka secara otomatis perusahaan akan menaikkan harga jual produk serta jasa untuk tetap mempertahankan keuntungan dan apabila terus-menerus terjadi dalam jangka pendek dan panjang maka akan meningkatkan probability pembeli untuk berpindah ke competitor dan informasi ini akan segera beredar luas dan mempengaruhi persepsi investor bahwa kinerja perusahaan saat ini dan prospeknya kurang baik sehingga akan direspon dengan melepaskan saham yang dimiliki dan terjadilah koreksi pada harga saham.
Lebih lanjut bahwa dengan memburuknya persepsi investor dan mempengaruhi index saham tertentu (IHSG) maka penurunan tersebut akan mempengaruhi persepsi investor asing akan prospek kinerja perusahaan di masa yang akan datang dan berimbas pada aksi pelepasan saham-saham perusahaan domestic dan menukarkan rupiah hasil penjualan saham dengan dollar sehingga memicu meningkatnya permintaan dollar dan berakhir pada penguatan dollar dan pelemahan rupiah. Namun disamping beberapa akibat negative dari inflasi maka keberadaan inflasi juga memiliki peluang apabila dapat dimanfaatkan dengan baik dan seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa peluang akan inflasi berkaitan erat dengan aspek ekspor dan impor.
Penalaran pengaruh positif inflasi terhadap ekspor dan impor terjadi karena pada saat kenaikkan harga barang-barang yang akan diekspor maka mata uang domestic cenderung terdepresiasi sehingga harga barang-barang untuk diekspor cenderung lebih murah, namun hal ini membutuhkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu (1) biaya-biaya input untuk memproduksi barang-barang tersebut memiliki proporsi impor yang rendah atau input produksi diperoleh dari dalam negri dan sedikit yang diperoleh dari impor, (2) saat terjadi goncangan nilai tukar karena inflasi maka perusahaan-perusahaan memiliki armada pemasaran dan penjualan yang baik. Untuk memperjelas pemahaman kedua persyaratan ini maka dipaparkan contoh seperti dibawah ini.
“kondisi awal sebelum goncangan nilai tukar maka harga jual barang A sebesar Rp5000 per produk dengan nilai tukar Rp5000/$ dan apabila terjadi depresiasi rupiah menjadi Rp10000/$ dan apabila perusahaan mampu mempertahankan harga jual Rp5000 maka harga jual dalam dollar berubah dari $1 per produk menjadi $0.5 per produk. Contoh ini terlihat sederhana namun apabila kedua persyaratan  tersebut dipenuhi maka perusahaan tidak akan mengalami kenaikkan biaya yang mempengaruhi laba operasional dan armada penjualan dan pemasaran tetap eksis maka demand tetap bisa diperoleh dan laba yang profitable akan diperoleh”.
Contoh serta penjelasan pada bagian sebelumnya terlihat sederhana karena tidak memasukkan pajak dan biaya-biaya relevan lainnya kedalam analisis namun terlepas dari hal tersebut maka masih terdapat relevansinya karena seperti yang diketahui bahwa elemen biaya memiliki peranan vital dalam memperoleh penjualan yang profitable sehingga walaupun dalam kondisi inflasipun maka perusahaan-perusahaan masih bisa eksis asalkan perusahaan tidak memiliki ketergantungan terhadap input atau bahan baku impor melainkan memperoleh input atau bahan baku dari domestic dan untuk mewujudkan hal ini maka dibutuhkan dukungan pemerintah secara kusus untuk memfokuskan pengelolaan yang tepat dan benar akan pertanian domestic serta dukungan semua lembaga terkait dan masyarakat untuk mengoptimalkan pertanian domestic sehingga berdampak jangka panjang pada keungulan competitive negara Indonesia.
Enhanced by Zemanta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar