Selasa, 28 Februari 2012

Budaya Membaca Pendorong Pembangunan


Pembangunan yang berkesinambungan hanya dapat diaplikasikannya dan diwujudkan apabila memiliki sumber daya manusia yang tangguh, disiplin dan kreatif. Hal ini menjadi suatu tolok ukur apabila suatu wilayah hendak mensejahterakan rakyatnya, dan hal ini juga yang menjadi fokus dalam tulisan singkat ini karena menurut hemat penulis, apa pun usaha yang dijalankan namun tanpa fokus dan komitmen pada pemberdayaan manusia maka semuanya akan lambat terjadi perubahan. Seperti yang diketahui bahwa pelkau utama yaitu manusia karena itu pemberdayaan manusia menjadi hal yang signifikan dan tak perlu diragukan lagi. Dan untuk mendorong terealisasinya memerlukan pendidikan sebagai ujung tombak, dan hal ini juga tepat berada pada titik kemajuan karena saat ini pendidikan telah diarahkan untuk berbasis karakter sehingga peran budaya menjadi bagian yang tak terpisahkan.
Sehubungan dengan ulasan sebelumnya, salah satu pengembangan manusia yang dapat dijalankan adalah bagaimana menemukan nila-nilai hidup atau nilai-nilai budaya lokal yang dapat mendukung terciptanya spirit sadar untuk berdisiplin membaca sehingga mampu merubah cakrawala berpikir bahwa dunia ini tidak sebatas yang dipikirkan melainkan telah mengalami perubahan yang sangat dasyat dan bagi siapa saja yang tidak melakukan penyesuaian maka berpeluang mengalami ketertinggalan dan ketertinggalam tersebut akan berfek lanjutan pada lambatnya proses pembanguna di daerah tersebut. Tidak hanya itu saja, program merubah manusia melalui membaca akan mendorong kesadaran diri untuk menjadikan dirinya tangguh dan tak tergoyahkan sehingga apa pun alasan yang menyertainya tidak akan pernah mampu membuat manusia tersebut berkontribusi pada kehidupannya.
Kata kontribusi tidaklah dimaksudkan melalui kontribusi yang luar biasa dengan memberikan apa pun yang dimiliki untuk membangun suatu wilayah, melainkan bagaimana seseorang berkontribusi pada dirinya dengan berusaha membangun paradigma dan sikap positif dan ditularkan pada kehidupan keluarga sebagai masyarakat terkecil. Hal ini tidak dimaksudkan untuk menyepelekan masyarakat sekitar melainkan biarlah efek positif tersebut menetes bagaikan air mengalir bagi orang lain karena pada umumnya orang lain tidak akan mempercayai hingga terdapat bukti. Oleh karena itu agar kebiasaan membaca yang diharapkan menjadi suatu budaya dapat menerobos masuk dalam lingkaran msyarakat yang lebih luas dibutuhkan peneladanan dan peneladanan tersebut dapat dimulai dari dalam keluarga. Lebih spesifiknya yaitu bagaimana peran membaca dapat mendorong pembangunan yaitu melalui perubahan paradigma dan sikap negatif menjadi sikap positif yang salah satunya termanifestasi dalam  disiplin membaca. Dengan demikian, mulailah membaca sehingga mendorong pembangunan dan semua itu dimulai dari dalam keluarga sebagai mamsyarakat terkecil dan menetes pada lapisan masyarakat luas. Salam pembangunan….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar