Setiap orang dapat saja berbeda dalam
mengelola keuangan dan bisa juga sama dalam mengelola keuangan. Terkait
perbedaan itulah dalam tulisan singkat ini akan menggunakan salah satu jenis
bias yang seringkali terjadi dalam mengelola keuangan. Bias itu adalah mental
accounting yaitu bagaimana manusia ketika membuat keputusan keuangan seringkali
membuat pos-pos dalam keuangan dalam benaknya sehingga akan memilah-milah
keuangan yang satu dengan yang lain.
Dalam artian bahwa nilai uang akan
dipilah-pilah walaupun pada kenyataannya nilai uang tetap netral. Sebagai
contoh bahwa ketika menerima bonus, individu biasanya berpersepsi bahwa uang
itu berbeda dengan gaji bulanan sehingga tendensi untuk memmbelanjakan uang
tersebut dan lupa untuk menabung. Logika mengapa bias karena apakah uang yang
berasal dari bonus ataukah dari gaji bulanan tetap memiliki nilai uang yang
sama sehingga tidak perlu menglota-kotaknya dalam pikiran.
Contoh lainnya adalah ketika mahasiswa
mendapatkan uang yang berasal dari uang bulanan dan uang yang berasal dari pemberian
kekasihnya, biasanya akan diperlakukan berbeda nilai uangnya. Dan hal ini
sebenarnya tidak rasional karena pada prinsipnya uang tersebut merupakan suatu
benda yang netral dan perlu didayagunakan dengan rasional. Untuk itu cara yang
dapat digunakan untuk mengikis bias ini adalah orang hanya perlu sadar akan
bias ini sehingga ketika berbelanja akan lebih terfokus. Karena bias ini
terjadi pada ranah gambaran mental sehingga sulit untuk merubahnya dan hanya
kesadaran sajalah dapat direduksi.
Tapi bukan berarti bahwa mental
accounting selalu menimbulkan kekeliruan, melainkan juga dapat menimbulkan
kebaikan. Nalarnya adalah dapat memicu self control yang sangat berguna bagi
kedisiplinan diri dalam mengelola keuangan. Salah satu contohnya adalah ketika
seorang ibu tetap konsisten membelanjakan sesuai rencananya dari uang gaji
bulanan maka tentu saja akan sangat bermanfaat karena terhindar dari perilaku
boros, walaupun jika menerima uang bonus akan membelanjakan sapai habis. Dalam
konteks ini, memang ada insikasi melakukan perbedaan nilai uang untuk
berbelanja tapi jika dilihat dari ketaatan si ibu untuk tetap bertahan dalam
rencana belajar menunjukkan perilaku self control yang beresensikan kedisiplinan
diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar