Rp10000 saat ini berbeda dengan Rp10000 dimasa yang akan datang. Pernyataan ini memicu tiga pertanyaan principal yaitu mengapa nilainya tidak sama? Apanya yang tidak sama? dan bagaimana implikasinya terhadap nilai saham?. Jawaban pertama disebabkan adanya inflasi yang mengikis daya beli dari uang tersebut, sedangkan pertanyaan kedua yaitu nilai tukarnya yang mengalami perubahan dan pertanyaan ketiga akan diketahui namun memerlukan analisis sehingga penulisan ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana implikasi dari perubahan nilai suatu satuan uang yang diwakili oleh PV dalam menilai saham.
Secara umum terkikisnya nilai tukar suatu satuan uang akan berakibat pada menurunnya daya beli satuan uang tersebut terhadap barang atau jasa yang akan digunakan sehingga dengan kata lain memerlukan tambahan unit uang untuk melakukan transaksi. Terkususnya dalam investasi saham maka nilai waktu uang yang diwakili oleh metode PV menjadi krusial dalam upaya mengetahui nilai intrinsic saham sehingga akan dibandingkan apakah dalam kondisi undervalue atau overvalue. Lebih lanjut bahwa dalam kalkulasi PV maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah meramalkan arus kas masa yang akan datang, yang mana dalam mengkalkulasi saham akan digunakan dividen. Peramalan dividen yang akan diterima dimasa yang akan datang dapat menggunakan berbagai pendekatan seperti pendekatan dividen tanpa pertumbuhan, pendekatan dividen pertumbuhan konstan dan pendekatan dividen fluktuasi. Namun seperti yang diketahui bahwa dunia merupakan panggung perubahan maka persoalan ramalan peningkatan dividen menjadi hal yang sulit namun masih bisa dilakukan karena sang peramal masih bisa melihat proporsi peningkatan dividen pada masa lalu sehingga bisa ditentukan apakah dividen akan ditentukan bertumbuh konstan, tanpa pertumbuhan ataupun fluktuatif.
Terlepas dari kesulitan meramal dividen maka penggunaan PV juga menuntut untuk memilih tingkat diskonto yang tepat untuk mendiskontokan dividen tersebut karena secara matematis bahwa posisi penyebut ditempati oleh tingkat diskonto sehingga mempengaruhi besar kecilnya hasil pendiskontoan dividen. Namun kesulitan akan penentuan tingkat diskonto yang tepat kemungkinan terpecahkan apabila peramal menggunakan return yang dharapkan dari kalkulasi CAPM, namun penggunaan CAPM juga memiliki kelemahan yang secara esensial mempengaruhi hasil dari PV yaitu resiko sistematis atau beta (β) yang harus secara kontinyu di rubah atau disesuaikan.
Alhasil dari berbagai tantangan untuk dilakukannya analisis menggunakan PV maka dalam upaya penggunaan PV tidak hanya menggunakan pendekatan rasional-matematis melainkan juga melibatkan aspek pengalaman dan kreativitas, yang mana maksud penulis bahwa kedua aspek ini berkontribusi pada bagaimana sikap peramal terhadap kondisi bisnis dimasa yang akan datang atau lebih tepatnya yaitu penggunaan tacid Knowledge dalam meneropong masa yang akan datang karena seperti yang diketahui bahwa tacid knowledge merupakan pengetahuan yang membutuhkan waktu untuk memperolehnya dan hanya tersimpan pada pikiran subjek yang bersangkutan sehingga sesuai dengan pepatah yang berbunyi bahwa “experience is the best teacher, creativity is art and science. Sebagai bukti walaupun masih bersifat subjektifitas maka penulis mengambil contoh sang maestro Warrent Buffet dalam bukunya yang berjudul cara-cara Warrent Buffet berinvestasi dan Robert T Kiyosaki dalam bukunya yang berjudul Who took my money. Yang mana kedua tokoh invesatsi ini mampu secara lihai menggunakan PV dalam mengevaluasi suatu invesatsi. Terutama bagi sang maestro Warrent Buffet maka penggunaan PV akan sangat membantunya dalam menilai harga saham perusahaan, apakah dalam kondisi undervalue atau overvalue sehingga keputusannya untuk membeli suatu saham akan menghasilkan return yang memuaskan atau tidak bertentangan dengan filosofi contrarian dari strategi investasi berbasis value.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar