Penerapan sistem moneter modern mengganti sistem barter merupakan hal yang membahagiakan karena pemuasan kebutuhan menjadi lebih mudah (optimal utility), yang mana setiap individu tidak dipusingkan dengan harus mencari individu lainnya untuk melakukan penukaran. Namun kemudahan yang ditimbulkan tersebut bagaikan pedang bermata dua karena mengandung madu dan racun, dimana keberadaan uang menjadi begitu dominan dalam kehidupan setiap manusia sehingga kadangkala mmebuat manusia menjadi lupa akan esensi dari uang itu sendiri dan menimbulkan berbagai bias persepsi akan keberadaan uang dalam aktivitas manusia. Sejalan dengan keberadaan bias persepsi-persepsi tersebut maka penulisan ini akan mencoba memberikan solusi untuk memperbaiki persepsi-persepsi tersebut, entah persepsi positif maupun negatif akan uang.
Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa uang banyak disalahartikan sehingga kadangkala bagai kaum religious, entah dari kaum nasrasi dan agama lainnya mengecam bahwa uang telah membuat manusia melupakan kodratnya sebagai manusia ciptaan Allah. Lebih lanjut bahwa manusia telah membuat jiwanya melakukan dosa besar dengan terjebak dalam menghambakan diri atas uang atau dengan kata lain manusia telah menjadikan uang sebagai tujuan hidupnya dan landasan filosofis hidupnya sehingga mengikis spirit rohani dan mencintai keinginan duniawi. Lebih lanjut dengan menjadkan uang sebagai filosofi dan tujuan hidup maka manusia tersebut akan dipenuhi dengan semangat ketamakan dan kerakusan sehingga apapun yang dilakukan hanya untuk uang dan sekali lagi hanya untuk uang. Adapun untuk memperjelas maksud penulis maka penulis paparkan ayat-ayat yang berhubungan dengan keberadaan uang, diantaranya yaitu 1 Timotius 6:10, Yoh 12:6, Mrk 14:4-5, Yer. 32:1-3, 6-15; Mzm. 91:1-16; I Tim. 6:6-19; Luk. 16:19-31 dan lain-lainnya.
Didasari ayat-ayat tersebut secara eksplisit dikatakan bahwa uang akan membuat manusia tergelincir kedalam dosa karena menjadikan uang sebagai prioritas dan filosofi hidup, yang mana akan terkristalkan dalam perilaku hidup sehari-hari seperti menjadikan uang sebagai peningkat status kita sehingga akan memicu perilaku kesombongan, menjadikan pencarian uang dengan jalan-jalan irasional, melakukan korupsi, membantu orang lain namun diukur dengan keberadaan balas jasa uang dan lain-lainnya. Perilaku-perilaku ini jelas sekali menyimpang dari keberadaan kodrat manusia karena secara langsung menyamakan manusia dengan barang-barang atau benda-benda tidak bernyawa lainnya sehingga akan menodai citra Allah bahwa manusia diciptakan sebagai mahkluk paling istimewa. Lebih lanjut dengan hilangnya keistimewaan manusia tersebut maka manusia telah kehilangan peluang untuk mencapai kebahagiaan karena kehilangan akal dan hati nurani yang hanya dimiliki atau dipunyai oleh manusia dibandingkan semua makluk yang diciptakan sang pencipta.
Akibat tarik menarik dan ambiguitas antara sebab akibat dari bagaimana uang mempengaruhi perilaku manusia maka seperti yang dikatakan pada awal penulisan bahwa tujuan dari tulisan ini adalah memberi solusi atas masalah yang dihadapi sehingga memperoleh kejelasan bagaimana harus bersikap apabila diperhadapkan pada uang, namun sebelum memaparkan solusi atas masalah tersebut secara mendetail maka penulis akan sedikit memaparkan beberapa hal mendasar atau fundamental seputar keberadaan uang atau lebih tepatnya filosofis dari uang itu sendiri. Uang merupakan alat yang digunakan manusia untuk melakukan penukaran sehingga dapat dikatakan bahwa uang itu sendiri adalah hanyalah sebuah alat, yang mana seperti yang diketahui bahwa keberadaan alat dalam kehidupan manusia hanyalah sebagai hasil kreasi manusia untuk menjalankan eksitensinya dalam kehidupan, yang mana hasil kreasi tersebut merupakan anugrah dari sang kuasa karena memberikan akal dan hati nurani sehingga manusia memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi.
Lebih lanjut dikarenakan bahwa uang merupakan alat bantu yang berfungsi untuk melakukan penukaran maka apabila dikaitkan dengan aspek religius yang bersumber dari Alkitab yang secara tegas tertulis bahwa “Cinta akan uang merupakan akar dari segala kejahatan” akan terlihat bahwa yang menjadi akar permasalahan utamanya adalah “Cinta uang” dan bukan uangnya yang notabene hanyalah sebuah alat. Sejalan dengan hal itu maka keberadaan uang bukanlah masalah melainkan sikap manusia itu sendiri yang mencintai uang dan tidak mengasihi sang pencipta seperti yang tertulis dalam Matius 22; 36-40 bahwa “Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”. Lebih lanjut bahwa akibat mencintai uang melebihi sang pencipta maka kehidupan manusia tersebut hanya akan dipenuhi perilaku tidak peduli pada perintah-perintah Allah dan berefek domino pada hilangnya kasih pada sesama manusia sehingga menjadi jelas bahwa aspek manusia itu sendiri yang perlu mendapatkan kesadaran, yang mana lebih spesifiknya yaitu persepsi manusia itu sendiri dalam mempersepsikan uang dalam kehidupan sehari-harinya.
Dengan demikian maka focus utama dalam upaya menjelaskan mengapa terdapat manusia yang mendewakan uang diatas segala-segalanya yaitu persepsi manusia. Lebih lanjut, bahwa pembahasan persepsi merupakan sebuah kompleks karena berhubungan dengan ide manusia yang ada dalam otak (mind) manusia itu sendiri yang akan mempengaruhi cara pandang manusia dan terkristalkan dalam perilaku-perilaku, yang mana dalam konteks tulisan ini yaitu bagaimana manusia mempersepsikan dirinya yang unik sebagai ciptaan Allah sehingga apabila sumber permasalahan telah diketahui maka akan memudahkan dalam mendiagnosa lebih lanjut untuk menemukan solusi yang tepat sasaran.
Solusi yang diberikan dalam penulisan ini yaitu bagaimana manusia wajib untuk berpikir positif dengan penuh kesadaran diri dan penuh tanggung jawab akan keberadaan uang itu sendiri yaitu uang hanyalah alat yang berfungsi untuk melakukan penukaran dan disebabkan hanya sebuah alat maka manusia tidak selayaknya memandang uang sebagai segalanya walaupun seperti yang diketahui bahwa hidup membutuhkan uang tetapi uang bukanlah segalanya yang berarti dengan uang kita dapat membiayai kesehatan, dana pendidikan, tamasya dan hiburan, memenuhi kebutuhan hidup dan lain-lainnya, akan tetapi sekali lagi uang hanyalah benda mati atau alat dan bukan makluk hidup yang dikaruniai serupa dengan Allah yang berarti hanya kita yang dikaruniai akal atau rasio dan hati nurani untuk mengenal siapa penciptaNya. Untuk memperjelas maksud penulis maka penulis memaparkan peribahasa yang memiliki kedalaman makna bagaimana seharusnya kita memandang atau berpersepsi atas uang sehingga tidak melupakan kodrat dan tidak terjebak dalam permainan ketamakan (greed) dan ketakutan (fear) yang hanya membawa keburukan untuk pengembangan karakter tangguh atau positif (winner).
Uang dapat membeli…
© Pakaian, tapi bukan kecantikan
© Obat, tapi bukan kesehatan
© Tempat tidur, tapi bukan tidur
© Buku, tapi bukan kepintaran
© Barang, tapi bukan kebahagiaan
© Pengetahuan, tapi bukan kebijaksanaan
© Teman, tapi bukan sahabat
© Kesetiaan, tapi bukan kasih sayang
© Gereja, tapi bukan keselamatan
© Salib, tapi bukan Juruselamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar