Investasi pada instrument pasar modal, terkususnya saham maka seorang investor bukan hanya membutuhkan uang segunung melainkan seorang investor sejati membutuhkan pengertian yang lebih mendalam tentang siapa dirinya (who am i), karena berinvestasi di pasar modal menurut Tarkovsky dalam bukunya yang mendalam serta komprehensif bahwa aspek yang paling berpengaruh dalam kesuksesan berinvestasi adalah faktor emosi atau lebih tepatnya yaitu 80% emosi dan 20% pengetahuan (price can be a direct reflection of the preceding emotions and cognitive).
Lebih lanjut, penjelasannya Takovsky kalau dikritisi lebih dalam diketahui dua hal fundamental. Pertama, bagaimana seorang investor mampu mengendalikan dirinya atau lebih tepatnya menanamkan kesadaran akan dirinya bahwa dalam membuat keputusan membeli dan menjual seringkali terdapat faktor-faktor emosional seperti mood atau suasana hati, merasa dan bukan secara nyata mampu menganalsis dan interpretasi, keserakahan, ketakutan, dan kesombongan. Kedua yaitu diharapkan investor untuk secara terus-menerus menyuburkan niat untuk mau berubah atau belajar dari pengalaman berinvestasinya sehingga apabila terjadi bias-bias dalam berinvestasi maka investor tidak putus asa atau menyerah kalah dan mengambil keputusan untuk tidak lagi berinvestasi pada instrument pasar modal (stock), karena sekali lagi bahwa return atau risiko yang diperoleh merupakan hasil kombinasi dari proses kognitif serta faktor emosi investor sehingga tak salah jika terdapat pepatah bahwa berinvestasi saham merupakan salah satu sarana untuk mengalahkan diri sendiri atau lebih tepatnya yaitu kesuksesan atau kegagalan investor dalam meraup keuntungan dipasar modal tergantung pada bagaimana investor mengelola emosinya.
Ditujukan untuk mempertajam maksud di atas maka investor dapat belajar dari sang maestro investasi saham Warren Buffet, karena beliau dengan sabar menunggu bertahun-tahun sampai saham-saham yang dimilikinya mampu menghasilkan keuntungan milliaran dollar. Secara implisit tercermin bahwa dalam proses memilih saham sampai pada keputusan pembelian, Warrent Buffet mampu mengontrol dirinya seperti kesabarannya dalam menunggu saham-sahamnya agar menghasilkan keuntungan yang luar biasa, sehingga sesuai dengan apa yang dikatakan Andrey Mattew bahwa “upaya + kesabaran = hasil’ serta “Consider an analogy with the sea. A sailor cannot control the sea but he can control himself, and in doing so he can earn a reward’. Lebih lanjut selain kesabaran dalam mengontrol keserakahan (greed) melalui kesabarannya agar tidak terburu-buru menjual saham maka nilai lainnya yang bisa diperoleh yaitu kesediaanya untuk terus belajar dan tidak pernah puas dengan keahlian serta kemampuan yang dimilikinya, terkususnya yang berkaitan dengan pengetahuan investasi yang mana terbukti dari kedisiplinan perilakunya untuk membaca selama dua jam dan sisa waktunya yang lain akan digunakan untuk berpikir dan bekerja. Tambahan, Buffet juga tidak menyalahkan orang lain terhadap keputusan-keputusan transaksinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar