Manusia senantiasa berubah dan perubahan itu akan termanisfestasi dalam beberapa bentuk, dimana salah satunya adalah perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Akan tetapi, dalam tulisan ini akan memfokuskan pada perkebangan ilmu ekonomi, dan lebih spesifiknya yaitu perkembangan dalam neurofinance. Untuk memudahkan pemahaman maka penulis akan membagi dalam tiga tahapan, yaitu ontology dari neurofinance, epistemology dan aksiologi.
Neurofinance adalah kajian keuangan dengan menggunakan beberapa disiplin ilmu, yaitu ekonomi, keuangan, psikologi, biologi dan neurologi. Menurut beberapa ahli bahwa neurologi merupakan kajian tentang bagaimana bagaimana proses pengambilan keputusan serta berbagai respon yang dikeluarkan seseorang ketika menerima informasi keuangan. didasari definisi tersebut, tampak bahwa kajian neurofinance merupakan kajian keuangan yang terintegrasi, dimana pengambil keputusan dapat memahami bagaimana proses brain ketika keputusan keuangan dibuat.
Terkait tahapan epistemology maka kajian neurofinance membutuhkan keseriusan untuk memahami karena melibatkan beberapa disiplin ilmu. Secara garis besar, deskripsi dari neurofinance merupakan bagaimana neuron-neuron yang ada pada korteks manusia akan memainkan peranan ketika membuat keputusan keuangan. Dimana, neuron-neuron tersebut akan menyebabkan perubahan-perubahan pada pembuat keputusan. selain itu, bagaimana dalam brain seseorang telah ada bagian-bagian tertentu yang akan memainkan fungsi-fungsinya masing-masing, sehingga setiap informasi akan direspon secara berbeda oleh seseorang.
Peneliti kondang Kahneman (2003) menyebutnya sebagai bagaimana proses penalaran seseorang juga dapat diamati oleh ilmu ini. nalaranya adalah dalam system berpikir seseorang terdapat dua system yaitu intuisi dan penalaran. Intuisi dan penalaran tersebut memiliki ciri-ciri yang khas, sehingga dapat dibedakan ketika seseorang membuat keputusan. West dan Stanovich (2008) mempertegas dengan menyatakan bahwa system ini memainkan peranan yang penting karena menyentuh bagaimana seseornag bersikap. Lebih lanjut, djelaskan juga bahwa walaupun system dua (reasoning) membuat seseorang meningkatkan kontrol diri sehingga mampu mereduksi bias, namun ditekankan dengan sangat jelas bahwa system dua tidak akan pernah mengeliminasi bias karena terdapatnya rasionalitas yang terbatas (bounded rationality).
Sehubungan dengan ulasan di atas, Zweig (2009) seorang pakar keuangan terkemuka menambahkan dengan menyatakan bahwa kehadiran kajian neurofinance membantu investor memahami bagaimana proses biologisnya (neuron) memainkan peranan sentral. Akan tetapi, disebutkan juga bahwa neurofinance tidak hanya sebatas itu, melainkan juga menekankan pada bagaimana seseorang dengan ciri khas berpikirnya dapat berpengaruh pada keputusan-keputusan keuangan yang bias. Lebih spesifiknya yaitu otal investasi kita jarang menggerakkan untuk mengerjakan hal-hal yang tidak logis tapi semurna secara emosional. Bukan berrati hal itu membuat kita irasional, malainkan manusiawi.
Masih dari sumber yang sama, dinyatakan bahwa otak kita pada mulanya dirancang untuk mendapatkan lebih dari apa saja yang dapat meningkatkan kemungkinan kita untuk bertahan hidup dan menghindari apa pun yang bakal memperburuk kemungkinan tersebut. Sirkuit emosional yang berada jauh didalam benak kita mendorong secara instingtif untuk melahap apa saja yang terasa akan mendatangkan imbalan dan mengelak dari apa saja yang kemungkinan berisiko. Ditujukan untuk memperjelas, maka penulis akan membahas masing-masing plus minus dari system berpikir ini sehingga tidak membuat kesalahan persepsi terkait system berpikir satu (intuition) dan dua (reasoning). Catatan bahwa ulasan sesudahnya merupakan bagian aksiologi dari neurofinance.
Reasoning dapat menyebabkan pembuat keputusan berprobability terhidar dari keputusan yang bias, dimana bias-bias tersebut diantaranya adalah overconfidence, representativeness bias, availability, confirmation bias, gambler fallacy, dan bias lain-lainnya. Logikanya adalah reasoning akan mendorong pengambil keputusan keuangan untuk lebih mendetail dan memainkan prinsip penyesuaian sebelum membuat keputusan keuangan. Untuk intuisi maka bermanfaat terkait aktivitas kewirausahaan. Nalarnya adalah pembuat keputusan keuangan akan lebih ebrani mengambil risiko karena dengan intusi maka seseorang tidak perlu melakukan analisis yang mendalam untuk memadukan informasi atau dengan kata lain yaitu intuisi akan mengarahkan pada penggunaan heuristik ketika membuat keputusan sehingga terindikasi mengalami bias. akan tetapi seperti yang diketahui bahwa untuk menjadi enterprener maka keberanian merupakan syarat mutlak. Dengan demikian, dpat dikatakan bahwa kajian neurofinance merupakan kajian yang unik karena memberikan pemahaman tentang kekuatan dari cara berpikir manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar