Sebagai manusia normal maka seseorang pasti akan bertumbuh dan terus bertumbuh sepanjang siklus hidup. Maksud bertumbuh dalam tulisan ini adalah berupaya mengakumulasi pengetahuan dan berusaha memahami pengalaman-pengalaman untuk menjadi berarti. Spesifiknya yaitu meracik pengetahuan yang berasal dari pengalaman. Dengan kata lain, manusia akan berusaha menstrukturkan pengalaman-pengalaman sehingga menjadi bermanfaat bagi orang lain.
Dalam pengetahuan seringkali kita mendengar bahwa pengetahuan dapat dibagi ke dalam pengetahuan implisit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan implisit diartikan sebagai informasi yang belum dinyatakan ke dalam bentuk eksplisit untuk di pahami oleh orang lain. Bentuk konkreat dari pengetahuan ini adalah pengalaman, ide-ide yang tersimpan dalam benak seseorang. Sedangkan maksud dari pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan implisit yang telah dirubah sehingga dapat diakses oleh orang lain. Bentuk nyata dari pengetahuan ini adalah buku-buku, paper, dll.
Berpijak pada pemahaman di atas, tampak bahwa usaha mengeksplisitkan pengetahuan menjadi hal mutlka karena adanya muatan manfaat bagi generasi di masa mendatang. Terkait hal itu maka kita dapat belajar dari pengalaman-pengalaman negara-negara lain yang berhasil mendorong peningkatan perubahan pengetahuan implisit, Namun dalam tulisan ini tidak memfokuskan pada hal tersebut melainkan akan memfokuskan pada alasan filosofi mengapa perlu dilakukan perubahan pengetahuan implisit (tacid) menjadi pengetahuan eksplisit.
Sehubungan dengan maksud dalam tulisan ini, maka perlu memahami bahwa manusia pada dasarnya diberikan anugerah untuk memiliki rasa ingin tahu, dan rasa ingin tahu inilah yang membawa peradaban manusia seperti, temuan-temuan hasil penelitian pengobatan, pembelajaran, metode-metode produksi dan lain-lainnya. Lebih lanjut, dengan memiliki rasa ingin tahu inilah maka manusia berusaha untuk berkontribusi pada sesama dengan meninggalkan ide-ide yang positif untuk didayagunakan dan dikembangkan lebih mendalam.
Dari kontribusi inilah maka kita dapat menikmati olahan akal manusia-manusia sebelumnya dalam mengembangkan ide-ide melalui penyebaran pengetahuan yang secara jelas sangat dibutuhkan oleh orang lain. Namun yang menggelitik adalah seringkali proses merubah pengetahuan implisit menjadi eksplisit disepelekan sehingga memicu perilaku malas menulis dan melakukan riset. Hal ini menurut penulis penting untuk ditelusuri karena kemalasan menulis dan melakukan riset bertentangan dengan kodrat manusia untuk mengasihi sesama manusia selain mengasihi Allah.
Nalarnya adalah mengasihi manusia tidak saja hanya diartikan secara sempit melainkan perlu dilihat esensinya, yang mana menurut penulis adalah “berkontribusi” pada sesama, dan cara konkreat yang dapat dilakukan untuk berkontribusi pada sesama salah satunya adalah dengan menulis dan melakukan riset. Sekali lagi bahwa dengan menulis dan melakukan riset maka seseorang telah mengubah pengetahuan implisit menjadi eksplisit sehingga dapat diakses oleh orang lain. Dalam proses mengaplikasikan pengetahuan tersebut maka seseorang telah memahami bahwa kehadiran dirinya dalam hidup ini memiliki tujuan.
Terkait ulasan di atas maka penulis akan memberikan gambaran apabila ditinjau dari perspektif filsafat bahwa cinta akan kebijaksanaan meliputi cinta pada manusia melalui kontribusi pada sesama manusia, dan hal ini berarti kita memahami bahwa makna atau nilai dari sesama manusia adalah sebagai simbiosis mutualisme dan bukan homo homini lupus. Pemahaman ini penting untuk dipahami karena bentuk ini sukar dideteksi kecuali telah terjadi. Berpijak pada simbiosis mutualisme inilah maka seseorang memahami bahwa kebiasaan menulis dan meneliti perlu ditingkatkan dan dibangun sejak dini. Hanya saja pada kenyataannya tidak selalu terjadi karena membutuhkan syarat yaitu niat yang kuat.
Perlunya niat yang kuat karena dalam proses melakukan penulisan dan penelitian, tidak mudah dilakukan melainkan perlu kerja keras otak untuk mampu menyelesaikannya. Selain membutuhkan kerja keras otak maka seseorang dituntut juga untuk disiplin membaca dan berusaha memahami apa yang dibaca. Terkait ulasan sebelumnya maka seseorang akan lebih mungkin meracik pengetahuan implisit yang bersumber dari pengalaman, ide-ide setelah membaca atau mendengar sesuatu menjadi sesuatu yang nyata atau rill. Dengan demikian, proses merubah pengetahuan tacid menjadi pengetahuan eksplisit merupakan suatu sikap yang perlu dikembangkan dan menjadi salah satu keharusan bagi manusia normal untuk melakukannya. Selamat menulis dan melakukan riset………..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar