Mengapa ada manusia yang sukses menggapai kesejahteraan dan kesuksesan sedangkan yang lainnya tidak? Pertanyaan ini kadang mengusik pikiran karena seperti yang diketahui bersama bahwa manusia-manusia atau individu-individu yang berhasil mencapai kesuksesan dan kesejahteraan tersebut merupakan manusia yang sama seperti kita semua yaitu memiliki waktu yang dikaruniai sang Pencipta yang sama, 24 jam sehari untuk beraktivitas. Dengan demikian, didasari pertanyaan tersebut akan memicu pertanyaan berikutnya yaitu apa yang dilakukan individu-individu tersebut atas wktu mereka.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan sederhana yang seringkali diabaikan dan kadangkala disangsikan kebenarannya akan kemanfaatan dan kekuatannya sehingga menjadi alasan dasar tulisan ini untuk menguraikan lebih lanjut agar sesuai dengan harapan positif yaitu ingin mengungkapkan dan berbagi pengetahuaan dan informasi akan rahasia dibalik setiap detik, setiap menit dan setiap jam yang kita lalui. Lebih lanjut juga ingin memperjelas bahwa waktu merupakan salah satu anugerah dari sang Pencipta sehingga sebagai manusia yang beraklak maka kita menjadi sadar akan esensi dan eksistensi kita yang berkaitan dengan waktu. Namun sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka penulis akan sedikit menguraikan landasan filosofis dari waktu itu sendiri sebelum dilanjutkan pada bagaimana pengaruh waktu bagi kesuksesan dan kesejahteraan manusia.
Secara esensial waktu dapat kita pahami sebagai modal (resource) yang kasat mata atau tak dapat dilihat atau intagibel, yang mana jika dilihat dari perspektif ilmu pengetahuan maka sebenarnya eksistensi manusia dan segala dinamika kehidupan dan alam semesta berlangsung didalam dimensi waktu, yang mana seperti yang diketahui bahwa waktu tak dapat diputar kembali sehingga secara eksplisit dikatakan bahwa waktu merupakan modal yang tak dapat diperbaharui kecuali dijalani dengan sikap positif dan penuh kesadaran diri plus bertanggungjawab. Lebih lanjut bahwa waktu juga bisa diibaratkan sebagai buku harian alam semesta yang mencatat setiap tindakan dan aktivitas manusia namun manusia tidak menyadarinya.
Setelah memahami landasan filosofis waktu maka akan mempermudah untuk memahami secara mendalam bagaimana keterkaitan waktu dengan kesuksesan dan kesejaheteraan, yang mana dalam tulisan ini akan memfokuskan pada arti kesejahteraan dan kesuksesan dalam konteks keuangan (rich). Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa waktu memiliki dimensi yang unik yang mana seringkali diabaikan dan disangsikan kemanfaatannya sehingga kadangkala membuat perbedaan antara indvidu yang satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan hal itu maka keberadaan waktu merupkan salah satu kunci keberhasilan, yang mana terdapat rahasia penentu (gold secret) yang tidak diketahui atau mungkin diabaikan yaitu aspek manajemen. Adapun maksud penulis akan aspek manajemen (gold secret) yaitu tak ada manusia yang memiliki kelebihan atau kekurangan waktu dibandingkan manusia lainnya atau lebih tepatnya semua manusia memiliki waktu yang sama yaitu 24 jam sehari (fair time) yang diberikan sang Pencipta, hanya saja tergantung pada bagaimana manusia mengelola waktunya.
Sejalan dengan hal sebelumnya yang menyatakan bahwa kesadaran akan aspek manajemen merupakan factor kunci dari waktu yang memicu munculnya perbedaan-perbedaan kesuksesan pada manusia, yang mana pada tulisan ini memfokuskan pada kebebasan financial (rich). Lebih lanjut bahwa manusia-manusia atau individu-individu yang berhasil meraih kesejahteraan yang dalam tulisan ini dicirikan sebagai meraih kebebasan financial (rich) merupakan individu-individu yang secara cerdas dan cerdik menggunakan waktu secara efisien dan efektif atau yang lebih spesifiknya yaitu mereka tidak mensiasiakan waktu untuk melakukan aktivitas yang tidak berguna atau kegiatan-kegiatan yang tidak bernilai tambah bagi kualitas karakter yang unggul atau superior. Meminjam pendapat salah seorang pakar investasi dan penasihat keuangan ternama dunia Robert Kiyosaki bahwa orang-orang yang mengalami kegagalan untuk meraih kebebasan financial yaitu manusia-manusia yang tidak mengerjakan “pekerjaan rumahnya dengan baik”.
Adapun maksud Kiyosaki akan maksud tersebut yaitu setibanya mereka dirumah setelah bekerja atau melakukan tugas rutinnya maka mereka tidak membuat perencanaan-perencanaan bisnis atau mencoba untuk berpikir bagaimana membangun aset keuangan sehingga akan mendatangkan arus kas masuk bagi mereka dan tidak takut untuk mengimplementasikan ide-ide segar tersebut.
Lebih lanjut, kesalahan berpikir yang dimaksud Kiyosaki dengan tidak mengerjakan pekerjaan rumah memiliki kerelevansian yang erat dengan bagaimana mengoptimalkan waktu sebagai sumber daya kunci dalam meraih kekayaan karena seperti yang diketahui bahwa bahwa orang sukses dan tidak sukses memiliki waktu yang sama yaitu 24 jama sehari. Lebih lanjut dikatakan pula bahwa orang-orang sukses tersebut juga berhasil melatih paradigmanya untuk mensyukuri waktu dengan melakukan latihan-latihan yang mempertajam kemampuan membaca peluang usaha melalui berbagai permainan yang menyenangkan namun mendidik seperti diantaranya monopoli yang mana permainan tersebut merangsang pola pikir untuk cerdas membangun aset-aset keuangan seperti real estate contohnya.
Lebih lanjut, kesalahan berpikir yang dimaksud Kiyosaki dengan tidak mengerjakan pekerjaan rumah memiliki kerelevansian yang erat dengan bagaimana mengoptimalkan waktu sebagai sumber daya kunci dalam meraih kekayaan karena seperti yang diketahui bahwa bahwa orang sukses dan tidak sukses memiliki waktu yang sama yaitu 24 jama sehari. Lebih lanjut dikatakan pula bahwa orang-orang sukses tersebut juga berhasil melatih paradigmanya untuk mensyukuri waktu dengan melakukan latihan-latihan yang mempertajam kemampuan membaca peluang usaha melalui berbagai permainan yang menyenangkan namun mendidik seperti diantaranya monopoli yang mana permainan tersebut merangsang pola pikir untuk cerdas membangun aset-aset keuangan seperti real estate contohnya.
Lebih lanjut pendapat Kiyosaki juga diperkuat oleh Brian Sher dalam upaya menjabarkan bagaimana waktu sebenarnya diberikan adil oleh sang Pencipta kepada setiap insan manusia hanya saja manusia itu sendiri yang kurang atau bahkan tidak menyadarinya. Sher berpendapat bahwa orang-orang yang sukses dalam kehidupan terkususnya yang berhasil meraih kebebasan financial merupakan individu-individu yang berhasil mengoptimalkan dan menyeimbangkan waktu 24 jam sehari untuk diisi dengan aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah (value added) seperti bagaimana individu-individu tersebut membangun kebiasaan-kebiasaan diri yang unggul atau unik. Adapun maksud dari Sher dengan kebiasaan-kebiasaan yang unggul yaitu secara berkelanjutan mengasah atau mempertajam capability sehingga diharapkan menjadi pribadi yang memiliki keunggulan daya saing atau tidak berkemampuan rata-rata, yang mana secara implicit berarti untuk meraih kesuksesan akan terjadi proses selektif-evolusi yaitu individu-individu yang memiliki karakter-karakter pemenang saja yang akan tetap survive.
Dengan demikian, didasari pemaparan sebelumnya dapat dimengerti bahwa apa yang menyebabkan kesuksesan dan kegagalan yang dialami manusia pada umumnya yaitu bagaimana mengoptimalkan waktu untuk membangun aset dan bagaimana membangun kebiasaan unggul, sehingga apabila diintegrasikan, dipadukan dan disinergiskan kedua pendapat sebelumnya akan diperoleh kesimpulan bahwa individu-individu yang mengalami kegagalan mencapai kesejahteraan (rich) adalah individu-individu yang tidak menyadari bahwa kesejahteraan adalah hak setiap manusia dan setiap manusia mampu mencapainya dengan cara mampu mengoptimalkan waktu yang diberi secara adil oleh sang kuasa, dan begitu juga sebalinya bagi individu-individu yang mampu meraih kesejahteraan (rich).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar