Selasa, 02 Oktober 2012

Revolusi KIA


Kesehatan merupakan hak semua orang dan untuk itu perlu diupayakan secara sungguh-sungguh supaya masyarakat mendapatkan hak kesehatannya dengan baik dan benar. Untuk itulah, dalam program revolusi kesehatan ibu dan anak (KIA) diselenggarakan supaya akses kesehatan masyarakat menjadi merata. Revolusi KIA merupakan suatu program terencana yang dikembangkan supaya setiap ibu hamil dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai atau sepantasnya dan juga bagaimana bayi baru lahir atau neo natal juga mendapatkan pertolongan yang memadai. Dari program tersebut, tampak bahwa kesehatan ibu hamil (BUMIL) dan bayi neo natal mendapatkan perhatian yang dilanjutkan dengan aksi nyata. Dan tentu saja tujuan utamanya adalah mencegah kematian BUMIL dan bayi neo natal dan menuju kesejahteraan kesehatan bagi masyarakat.
Berpijak pada penjelasan di atas sangat tampak bahwa revolusi KIA merupakan suatu upaya yang dilandasi nilai spiritual, yang mana merupakan fokus pada tulisan ini. Oleh karena itu, tulisan ini tidak membahas aspek teknisnya melainkan lebih pada dasar filosofis dari program revolusi KIA. Untuk itu, apabila ditinjau dari filsafat manusia sangat tampak bahwa program KIA merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Dalam artian, program revolusi KIA adalah program yang memiliki nilai mengangkat harkat dan martabat manusia menuju proses penjadi dan semakin mendekati fitrah manusia (nobel creature or imagodei).
Lanjut bahwa program revolusi KIA juga merupakan suatu upaya yang mendewasakan dan memandirikan manusia yang dimulai dari proses penyadaran agar BUMIL melahirkan di fasilitas kesehatan yang patas sehingga dapat ditolong oleh tenaga kesehatan yang handal juga. Spesifiknya yaitu program revolusi KIA merupakan program yang diarahkan untuk memotivasi kesadaran masyarakat bahwa kesehatan itu merupakan kekayaan yang tak ternilai sehingga perlu mendapatkan perhatian secara mendalam. Terkait kekayaan tak ternilai itulah, program revolusi KIA semakin membuat keluarga menjadi sadar akan pentingnya kesehatan sebagai aspek operasionalisasi. Logikanya adalah bermodalkan kesehatan yang baik maka manusia dapat menjalankan eksistensinya dengan baik dan bagaimana apabila manusia menjadi sakit maka tentu saja akan sangat menghambat operasionalisasi eksistensi manusia itu sendiri.
Selain itu, program revolusi KIA juga merupakan suatu upaya nyata bahwa manusia dilahirkan oleh ibu, karena itu perlu adanya kesadaran bahwa kasih ibu tidak terbatas seperti matahari yang tidak pernah bosan-bosannya menyinari dunia. Dengan kata lain, program revolusi KIA merupakan suatu upaya nyata yang memuat nilai kehidupan (virtue value) bahwa “surga berada di bawah telapak kaki ibu” sehingga upaya penyelamatan BUMIL dan bayi neo natal merupakan suatu perwudan dari surga dibawah telapak kaki ibu. Dan hal ini merupakan suatu ungkapan rasa syukur pada sang Agung bahwa manusia adalah makluk noble creature. Karena itu kesadaran atas tanggung jawab yang terindikator dalam niat sungguh-sungguh mensukseskan program revolusi KIA sebenarnya mendeskripsikan suara hati murni untuk melihat sesama sebagai manusia.
Sehubungan dengan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa program revolusi KIA merupakan suatu program yang patut dan sekali lagi patut diupayakan oleh segenap jiwa dan raga, yang apabila dikerucutkan dapat dikatakan bahwa peran masyarakat, institusi, nakes, keluarga dan individu sangat vital dibutuhkan untuk mendorong kesuksesan program revolusi KIA. Untuk itu, perlu adanya semangat dan niat yang kuat untuk melakukan program revolusi KIA dan tentu saja semua itu dilakukan jangan disertai berbagai maksud lain melainkan hanya tertuju pada memanusiakan manusia melalui proses persalinan di faskes yang memadai dan ditolong oleh nakes yang memadai juga. Dalam hal ini, terindikasi bahwa program revolusi KIA merupakan suatu upaya demokrasi kesehatan sehingga kemiskinan dan kesehatan yang kerap kali menjadi masalah dapat dikikis sampai habis dan menuju masyarakat yang bukan hanya cerdas kreatif inovatif melainkan juga sehat.

Membangun Bahtera Kesejahteraan Keuangan


Kisah Nabi Nuh yang diselamatkan Allah melalui Bahtera sehingga terhindar dari kematian air bah? Kalau pembaca masih mengingatnya, itu merupakan suatu keindahan karena dari kisah Nabi Nuh sebenarnya terdapat muatan nilai keuangan yang sangat indah dan tak lekang di makan jaman. Dalam artian bahwa dari kisanNabi Nuh memuat suatu nilai kebijaksanaan dalam mengelola keuangan. tapi nanti akan penulis jelaskan titik korelasi kisan tersebut dengan pengelolaan keuangan. Saat ini akan diarahkan dulu pada bagaimana pemknaan ceritera Nabi Nuh dari aspek spiritual lalu dilanjutkan dengan korelasinya dengan seni mengelola keuangan yang tepat,
Dari aspek spiritual, kisah Nabi Nuh mengajarkan pada kita tentang bagaiman perilaku yang taat pada Allah sehingga disayangi dan dicintai oleh Allah. Selain itu, kisah tersebut juga memuat arti pentingnya persiapan dalam menghadapi berbagai masalah dan tantangan. Logikanya adalah ketika saat kehidupan Nabi Nuh hidup, orang-orang saat itu tidak mempedulikan peringatan dari Allah bahwa kehidupan mereka menyimpang jauh dari yang diharapkan sehingga mereka dibinasakan dari kolong langit menggunakan air bah, dan hanya Nabi Nuh sekeluarga saja yang diselamatkan menggunakan sebuah bahtera. Dan bahtera itulah yang membuat hidup Nabi Nuh sekeluarga selamat. Yah kira-kira seperti itulah gambaran kehidupan Nabi Nuh, namun seperti tujuan dari tulisan ini yaitu ingin belajar dari kisah tersebut untuk dikaitkan dengan seni mengelola keuangan yang tepat sasaran maka pada penjelasan selanjutnya akan diarahkan pada hal tersebut.
Keterkaitan serta kebermaknaan dari kisah Nabi Nuh dengan seni pengelolaan keuangan pribadi yaitu pada aspek “persiapan (prepare)”. Nalarnya adalah ketika masih hidup Nabi Nuh berperilaku yang baik dan benar hingga mampu membuat bahtera yang menyelamatkan diri mereka. Sama halnya juga mengelola uang, yaitu membutuhkan suatu pola perilaku yang baik dan benar sehingga mudah untuk mempersiapkannya secara benar. Spesifiknya yaitu ketika menerima uang, pola perilaku harus mendukung pengelolaan keuangan yang sehat dan tentu saja hal itu perlu juga didukung dengan “persiapan” yang matang. Janganlah memiliki gaya hidup boros dan lupa mempersiapkan rencana keuangan masa depan sehingga akan masuk dalam kondisi kesulitan keuangan.
Lanjut bahwa melalui persiapan yang matang dalam mengelola keuangan akan sangat membantu mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar sehingga suatu kesesuaian mengelola keuangan menjadi kenyataan. Sampai di sini, sekiranya pembaca dapat memahami bagaimana kisah Nabi Nuh yang sudah terjadi beribu-ribu tahun yang lalu namun nilai keutamaannya sangat relevan hingga saat ini. Dan salah satunya yang ditulis dalam tulisan ini yaitu aspek “persiapan (prepare)”, dan jika didibaratkan akan berbunyi “sedia payung sebelum hujan dan bukan sedia payung setelah hujan”.

Membaca Sebagai Kebutuhan


Kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi supaya kehidupan manusia tersebut dapat dijalankan. Dengan kata lain bahwa kebutuhan adalah sesuatu yang tidak ada tawar menawar untuk dipenuhi. Berpijak pada definisi tersebut sangat tampak bahwa setiap manusia pasti memiliki kebutuhan dan menuntut manusia untuk memenuhinya. Tidak hanya itu saja, kebutuhan juga dapat bersifat sentral yaitu membuat manusia dapat melakukan eksistensinya dengan baik dan benar. Ditujukan untuk memperjelas, dalam tulisan ini akan diarahkan untuk bidang pendidikan yang beresensikan aktivitas belajar.
Terkait belajar itulah, sebenarnya memuat nilai etis yaitu kewajiban hakiki yang harus dilakukan oleh manusia supaya membuat hidupnya menjadi berarti. Hanya saja pada kenyataannya membaca belumlah menjadi aktivitas yang memadai atau dianggap penting oleh manusia. Untuk itu dalam tulisan ini akan diarahkan untuk bagaimana menjadikan membaca sebagai salah satu kebutuhan manusia. Spesifiknya yaitu bagaimana menjadikan membaca sebagai aktivitas yang menyenangkan dan harus dilakukan supaya hidup menjadi penuh warna, keindahan dan kebijaksanaan.
Mengapa, karena melalui membaca manusia akan mampu mengubah perilaku dari tidak benar menjadi benar adanya dan hal ini konsisten sepanjang manusia masih bernafas. Pertanyaannya adalah bagaimana menjadikan membaca sebagai kebutuhan? Untuk itu dalam tulisan ini akan dipaparkan beberapa teknis yang dapat dijadikan cara konkrit. Pertama adalah sadarilah bahwa membaca merupakan salah satu cara untuk membuka cakarawala berpikir sehingga mampu membuat pertimbangan yang rasional. Mengapa kesadaran penulis menaruhnya pada solusi pertama karena tanpa didukung kesadaran maka setiap perilaku hanyalah bersifat sementara saja dan tidak permanen. Oleh karena itu, usaha menumbuhkan kesadaran sebenarnya merupakan prioritas tertinggi dalam dunia pendidikan sehingga manusia dapat melaksanakan eksistensinya dengan keteguhan jiwa. Dan tentu saja semua itu diarahkan untuk mencapai tujuan hidup yang membuat manusia menjadi berarti.
Kedua adalah disiplin membaca dan hal ini janganlah diartikan sebagai suatu kegiatan yang membosankan melainkan cukuplah dengan membaca setiap hari 5 menit hingga 10 menit. Hal ini penting supaya pada awalnya belajar membaca menjadi aktivitas yang sangat luar biasa. Namun untuk mempertahankan kebiasaan membaca menjadi aktivitas yang luar biasa menyenangkan maka perlu ditingkatkan seiring berjalannya waktu. Dengan demikian, diharapkan dua cara ini dapat membawa perubahan pada perilaku orang supaya dapat menjadikan membaca sebagai kebutuhan hidup yang hakiki.
  

Kesehatan Sebagai Investasi


Istilah investasi merupakan istilah yang banyak ditemui dalam bidang keuangan dan akuntansi, namun tidak tertutup kemungkinan digunakan dalam bidang lain. Sebelum melanjutkan lebih jauh, penulis akan memberi pemaknaan untuk investasi pada umumnya. Investasi adalah proses melipatgandakan sesuatu. Berpijak pada definisi tersebut tampak bahwa investasi sangat dibutuhkan karena tujuannya untuk melipatgandakan sesuatu yang positif. Oleh karena itu, penggunaan investasi untuk bidang kesehatan sangat tepat karena akan mengakumulasi kesehatan.
Samapi di sini, pemaknaan investasi pada kesehatan mutlak dilakukan oleh siapa saja, hanya saja untuk mengaplikasikannya dibutuhkan saling kerja sama atau sinergi antara beberapa pihak terkait seperti pemerintah, puskesmas, masyarakat, keluarga, dan lain-lain. Dalam tulisan ini akan diarahkan pada institusi puskesmas, karena perannya sangat vital bagi kesehatan masyarakat dan kelaurga. Dalam artian, kinerja puskesmas merupakan yang merupakan rantai terakhir dalam bidang kesehatan sehingga akan menyentuh masyarakat yang apabila dikaji dari perspektif ekonomi memiliki pendapatan serta kesadaran akan kesehatan yang belum optimal.
Ditujukan untuk memperjelas bahwa saat ini pemerintah telah mengaplikasikan program BOK, JAMKESMAS, dan JAMPERSAL guna memberi bantuan kesehatan serta mengangkat derajat kesehatan masyarakat. Hanya saja utnuk sukses mencapai atau mewujudkannya sangat memerlukan institusi puskesmas guna menjalankan. Untuk prosedur cara operasional tidak menjadi fokus tulisan ini akan tetapi diarahkan pada pemahaman mendasar (paradigm) tentang kegiatan puskesmas untuk masyarakat yang menurut paradigma psenulis sebagai suatu investasi jitu.
Karena pada prinsipnya, kesehatan merupakan investasi atau ujung tombak pembangunan sumber daya manusia selain pendidikan. Untuk itu perubahan pola perilaku (mindset) tenaga kesehatan puskesmas sangat dibutuhkan. Dalam artian nakes puskesmas perlu diberi edukasi untuk menganggap tugas melayani kesehatan kepada masyarakat sebagi tugas yang mulia atau memuat nilai keutamaan. Oleh karena itu diharapkan dengan memahami nilai keutamaan tersebut, masyarakat dan nakes puskesmas saling bersinergi sehingga tujuan awal dari investasi pada kesehatan akan tercapai dan tentu saja keberhasilan tersebut akan merubah Index Pembangunan Manusia (IPM) menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.